Artikel Mistik - Pengalaman ini terjadi Tahun 2003, saat itu saya masih berstatus mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Gudeg, Jogja. Waktu itu adalah pertama kali hidup di kota orang. Sebenarnya Saya ngeri sendiri mau menceritakan pengalaman nyata Saya ini.
Kalau diingat-ingat bikin merindiing. Tapi tak apalah untuk menceritakan pengalaman ini, mungkin saya bisa sedikit lebih lega. Toh, semua keadaan sudah berubah, tidak seperti dulu lagi. Meskipun saya bukan orang yang memiliki kemampuan indra keenam, tapi pengalaman ditungguin kuntilanak saat tidur.
Semoga tidak mengalami hal ini lagi. Serem banget. Lima hari saya diikuti sesosok wanita bergaun putih berambut panjang. Sosok itu adalah kuntilanak.
Cerita ini bermula ketika saya mengunjungi salah seorang sahabat kos di daerah Krapyak. Dia adalah kakak kelas saya waktu sekolah dulu sewaktu SMA.
Karena baru di Jogja, saya pun mengajak Mas Ari (kaka kelas SMA) jalan-jalan ke sekitar Jogja. Rencananya mau ke Malioboro, tapi karena kondisi sudah sore dan biasanya jalan Jogja macet parah. Saya pun berinisitasif ke sekeliling daerah sekitar kos Mas Ari.Dia menyarankan Saya main ke Kandang Menjangan. Setelah magrib, kita pun berangkat.
Sesampainya disana saya merasa sesuatu yang aneh. Badan tiba-tiba merinding. Belakang leher terasa ada yang menyentuh, tangannya dingin. Saya menoleh ke belakang tidak ada siapapun. Mas Ari saat itu ada di depan Saya. Saya pun mencoba menenangkan diri sendiri, dengan mencoba menganggap itu hanya perasaan Saya saja.
Setelah puas melihat di sekitarn kandang menjangan, Saya pun minta tolong di antar ke toko buku, setelah itu Saya pun pamit pulang ke kos. Setelah hari itu, hal aneh pun terjadi.
Hari Pertama Sehari setelah dari kandang menjangan, Saya mengalami hal-hal ganjil. Pukul 01.00 dinihari, Saya masih mengerjakan tugas dari senior untuk ospek. Saya pergi ke kamar mandi yang jaraknya kurang lebih 15 meter dari kamar Saya. Di tempat kos Saya, ada 3 kamar mandi berjejer. Saat itu, satu kamar mandi di bagian tengah pintunya tertutup.
Dan Saya dengar dengan jelas, ada suara guyuran air, seperti orang sedang mandi. Lalu Saya pun masuk ke kamar mandi sebelahnya. Ketika Saya keluar dari kamar mandi, Saya menengok ke kanan. Kamar mandi bagian tengah ternyata sudah terbuka. Dan anehnya, yang tadinya di kamar mandi terdengar suara guyuran air. Ternyata lantainya kering. Sama sekali tidak ada tanda-tanda bekas tersriam air.
Hari Kedua saya pulang ke kos pukul 22.00, Dalam kondisi yang sangat capek, saya langsung masuk kamar dan mengunci pintu. Baru beberapa menit saya terbaring di tempat tidur, ada suara ketukan pintu. Tok, tok, tok, tiga kali. Saat itu memangs edang mati lampu. Dan kondisi di luar memang gelap. Apalagi di seberang jalan, di depan kos terdapat pemakaman umum. Jadi, kos saya tampak serem.
Dengan malas saya pun menengok dari jendela ternyata tidak ada orang saya pikir itu ulah temen kos yang iseng. Saya pun lanjut tiduran. Terdengar lagi suara ketukan pintu, kali ini sedikit lebih pelan. Saya membuka pintu, lagi-lagi tidak ada orang di luar kamar. Tiba-tiba tercium aroma harum bunga melati. Padahal di sekitar tempat kos tidak ada yang menanam pohon bunga melati.
Hari Ketiga Hendri, teman kampus mengajak saya mengajak main ke Temanggung, teman saya ini memang punya saudara di daerah Sana. Rumahnya di daerah dataran tinggi. saat berangkat, kami berboncengan berdua pakai motor.
Teman saya yang didepan mengeluh, motornya berjalan begitu pelan. Bahkan kecepatan 60 km/jam pun tak kuat. Padahal biasanya, dia bisa ngebut pakai motornya. Seolah diatas motor ada 3 orang. Padahal bobot Saya hanya 55 kg. Di sana, paman teman saya bertanya. “Lho, kancamu wedok ning njobo kok ora diajak mlebu omah?” (Lho, temenmu cewek yang di luar kok tidak diajak masuk rumah?”) Saya kaget bukan kepalang.
Soalnya, Saya ke tempat paman teman Saya, hanya dua orang. “Sinten, Pak?” Tanya Saya. (Siapa, Pak?) “Kae sing lungguh ning cedak wit jambu?” (Itu yang duduk di dekat pohon jambu?”) Lantas Saya ke luar rumah tidak mendapati siapapun di luar. Hanya pepohonan besar di pakarangan. Saat pamit.
Tiba-tiba si Paman bilang ke Saya. “Le, ati-ati yo, ono wong wedok sing lagi pengen melu kuwe” (Nak, hati-hati ya, ada perempuan yang ingin ikut kamu”) Karena Saya bingung dan tidak paham dengan perkataan tersebut, Saya hanya bisa menanggapinya dengan senyum dan menyernyitkan dahi.
Hari Keempat Pukul 23.00, suasana kos sepi, semua lampu sudah dimatikan. Entah kenapa, saya tidak bisa tidur. Lampu kamar pun Saya matikan, dan sebisanya mencoba tidur. Dari luar terdengar suara burung gagak dari pepohonan di seberang jalan. Ketika mencoba memejamkan mata, dada tiba-tiba terasa begitu sesak.
Saat membuka mata, ada bayangan putih berbentuk sosok manusia, berjalan begitu cepat menembus pintu kamar. Melihat itu, tubuh Saya jadi gemetar. Saya pun menutup seluruh tubuh saya dengan selimut karena ketakutan.
Hari Kelima Dua orang teman Saya, termasuk Hendri menginap di tempat kos. Krena saat itu kami sedang mengerjakan tugas kuliah untuk presentasi besoknya. Kamar kos yang biasannya saya tinggali sendiri, kali itu harus berdesakan dengan dua orang teman lainnya.
Karena tidak terbiasa tidur berdesakan Saya mengalah tidur di lantai dengan mengelar selimut untuk alas tidur. Sedangkan hendri dan teman satunya, tidur di atas kasur. Pukul 01.00, Saya terbangun dan ke kamar kecil. Saat kembali kamar. Saya mendapati sosokwanita duduk di tepi tempat tidur. Memandangi Hendri dan teman Saya yang satunya. Wajahnya pucat putih, matanya hitam pekat tidak ada bagian.
Gigginya menyeringai hitam. Wanita ini memandangi saya dengan tatapan yang membuat bulu kuduk berdiri. Memakai gaun putih, rambut tergerai ke lantai. Pokoknya serem banget. Sontak saya memejamkan mata karena ketakutan. Saat membuka mata, sosok wanit aitu sudah hilang dari pandangan mata Saya. Saat itu juga saya minta kedua teman Saya bangun. Dan meminta mereka melek sampai pagi hari.
Sejak saat itu, saya mulai sering menginap di kos Hendri. Ketika bertanya kepada salah seorang kyai waskita, ternyata sosok mirip kuntilanak itu berasal dari sekitaran kandang menjangan. Dan mengikuti saya hingga ke tempat kos. Dari kyai tersebut Saya mendapat sebuah amalan pagar gaib, yang harus saya baca tiap pagi dan sore hari. Alhamdulillah, sejak pindah kos.